Rabu, 10 Januari 2018

Si Tarjo

SI TARJO
“Siapalah aku ini. Aku tidak pintar, nilai pas-pasan. Aku pun tak pandai bercakap, apalagi berpidato layaknya presiden. Kaya juga tidak. Mau jadi apa nanti? Entah, tujuan aku tak punya.”
Gundah hati Tarjo, membikin Ia tak bisa tidur hingga dini hari. Ia tak punya mimpi yang selangit. Yang Ia ingin hanyalah lulus tepat waktu, dapat kerja, dan hidup cukup. Tidaklah Ia ingin jadi pejabat, apalagi konglomerat.
Seperti biasa, Tarjo berangkat ke kampus membawa bekal. Untuk sekedar mengirit pengeluaran. Ia berjalan dengan malas. Hatinya masih diselimuti kegundahan hidup.
“Nak, boleh minta makanan nak? Bapak belum makan dari kemarin.” Tarjo berhenti, mengamati pemulung di pinggir trotoar yang Ia lewati. Tak tega hati Tarjo, melihat baju lusuh penuh debu bapak itu, membawa karung berisi rongsokan.
“Ini pak, kebetulan saya membawa makanan.” Disodorkan kotak makanan bekalnya kepada pemulung itu.
“Sebentar nak, Bapak cari wadah dulu, biar wadahmu bisa kamu bawa pulang.” Terlihat bapak itu mengais isi karungnya mencari-cari wadah dan dikeluarkan. Wadah itu terlihat kotor karena bercampur rongsokan. Kemudian disodorkan kepada Tarjo. Tak tega pula Tarjo. Kemudian Ia duduk di sebelah bapak  pemulung.
“Pak, ini. Sudah, bawa saja pak wadah saya. Yang penting bapak bisa makan. Tapi maaf saya lupa membawa sendok.”
“Jangan nak, taruh di sini saja. Nanti bagaimana mengembalikan wadahmu?” pemulung itu terlihat bingung.
“Sudah pak. Bawa saja, tidak usah dikembalikan. Saya tidak apa-apa.” Kembali disodorkarnya kotak makannya sembari tersenyum.
Ia berjalan dengan hati berbunga. Bukan karena nilainya telah meroket. Bukan pula karena Ia menang lotre. Ada hal yang selama ini tidak Ia sadari. Gundah semalam telah terjawab atas kehendak Yang Kuasa.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Seketika nafasnya seakan terhenti. Teringat akan sesuatu. Dadanya begitu sesak. Jika saja Ia tidak sadar bahwa Ia sedang di jalanan, air matanya tentu telah mengucur deras. Disekanya setitik yang terlanjur menitik. “Aku lupa tidak memberi bapak itu air. Ia pasti kehausan setelah makan.” Begitulah seharian hatinya lebih gundah dari kegundahan semalam.

Tarjo… Oh Tarjo…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengalaman Magang di PT Honda Trading Indonesia

Magang di PT Honda Trading Indonesia? Mungkin sebagian dari kalian mengira ini adalah perusahaan yang menjual motor/mobil honda? atau ba...