Jumat, 19 Januari 2018

A 1

Mereka pasti sudah gila telah memilihku menjadi pembawa acara. Itu adalah hal yang mustahil. Bagaimana aku bisa membawakan acara dengan baik di depan penonton jika dia akan duduk di sana dan juga menjadi penontonku. Tentu saja aku tidak mungkin menolak perintah tersebut. Acara itu akan gagal jika tidak ada pembawa acara. Dan tentu saja aku adalah korban dari rekan-rekanku yang saling lempar dan menunjuk seseorang untuk menjadi pembawa acara.

Aku sudah berlatih. Namun, sepertinya akan sia-sia saja. Bagaimana jika aku tidak dapat bicara di atas panggung. Bagaimana jika acara akan berantakan . Bagaimana jika aku terlihat bodoh di depannya. Bagaimana jika - semua bagaimana bermunculan di dalam benakku. Ini tidak bisa dibiarkan.  

           Tante mulai melukiskan berbagai sesuatu, bubuk, cair, pensil. Melukiskan keindahan buatan di wajahku. Mengikat rambutku tinggi. Dan aku harus berterima kasih padanya. Gaun biru yang telah disiapkan kemarin pun segera kukenakan. Aksesoris? Ya, sedikit. Aku menyukai yang sederhana dan tidak mencolok. Aku akan meluluhkan dunia, dan dia, pikirku. Aku hendak beranjak dari meja rias hingga tante menahanku. Menyodorkan sebuah kotak sepatu. Sepatu hak tinggi ? yang benar saja. Apa dia ingin membuat penonton tertawa dengan terjatuhnya aku karena sepatu? Mengapa tidak bisa aku memakai sepatu kets saja, omelku.

       Aku mengatur nafas. Berusaha terlihat tenang. Berdiri di belakang panggung. Aku menaiki tangga dengan hati-hati, tak ingin ditertawakan karena terjatuh dengan sepatu hak tinggi. Ini benar-benar gila. Aku akan membuat perhitungan dengan mereka karena menunjukku menjadi pembawa acara. Detik pertama, kedua, ketiga. Suaraku tersangkut di tenggorokan. Aku berusaha keras mengeluarkan bunyi dari mulutku. Satu menit, dua menit, lalu semua mengalir. Terima kasih kepada rekanku yang menjadi partner di atas panggung. Melemparkan lawakan dan memberi umpan padaku, sehingga aku tidak kehabisan bahan bicara. Lima menit, aku menguasai panggung. Melempar lawakan dengan percaya diri. Orang-orang tertawa. Aku edarkan pandangan secepat kilat. Mencari seseorang di antara mereka yang berseragam. Aku menemukannya, tertawa puas. Lebih puas, paling lepas, di antara kawannya.

       Aku turun dari panggung, acara telah selesai. Aku mencabut kata-kataku yang menyumpahi rekan timku. Aku merasa ingin meledak. Marah? Tidak. Aku senang. Membuat orang-orang tertawa dan berbahagia di hari perpisahan ini, khususnya dia. Untuk yang pertama kalinya.

Sampai jumpa kakak-kakakku.

                

Selasa, 16 Januari 2018

MIMPI dan MANUSIA

MIMPI dan MANUSIA
Seorang manusia terbangun dari tidurnya.
Berpegang pada ranjangnya.
Masih setengah dari sadarnya.
-
Seorang manusia terbangun dari tidurnya.
Bertanya apa artinya.
Kebingungan pikirannya.
-
Satu manusia bangun dari tidurnya.
Dengan rona dan bahagia.
Mempercayai akan terjadinya.
-
Satu manusia bangun dari tidurnya.
Dengan ketakutan dan air mata.
Berkata itu hanya mimpinya.
-----
-----
Kamu manusia. Sudah jangan berkilah.
Mimpi indah kamu percayai akan terjadi.
Mimpi buruk kamu bilang cuma fantasi.
-
Kamu manusia. Sudah jangan berkilah.
Meski kamu bilang itu musyrik berkali-kali.
Mimpi indah hatimu mengamini.
-----

Kamu manusia. Apa-apa di dalam mimpi, bukanlah apa-apa. Siapa-siapa di dalam mimpi, bukanlah siapa-siapa. Tidaklah pantas kamu manusia, berpikir mimpi adalah pertanda. Apa-apa, siapa-siapa, yang akan terjadi nantinya, diatur oleh Yang Maha Kuasa. Tidaklah pantas seorang manusia, meyakini mimpi adalah pertanda dan akan datang segera di kehidupannya. Apa-apa, siapa-siapa, yang akan datang nantinya, hanya atas kuasa-Nya. 

Senin, 15 Januari 2018

BOOK : MENITI JANJI BIDADARI

MENITI JANJI BIDADARI (Moga Kita Berjumpa di Surga-Nya)
Assalamu’alaikum w. w.
Aloha everyone. Thanks to read this post. May Allah bless you all.
Yaps here I am, liburan telah usai dan sudah kembali pada rutinitas. Sebelum tenggelam dalam pergulatan sengit semester 4, aku mau post review buku dulu. Ini adalah buku terakhir yang aku baca pada liburan semester 3. Langsung saja cekidot.

JUDUL      : Meniti Janji Bidadari
PENULIS  : Saiful Ardi Imam
RATING    : 3.5 dari 5
SINOPSIS :
                “Jauhar sudah dipersiapkan oleh gurunya, Imam Mudo, untuk menjadi seorang anggota Gerakan Paderi yang mumpuni. Bukan hanya dari segi agama, ia juga dilatih bela diri Tifan Pho Khan, belajar merakit senjata. Bahkan, Imam Mudo juga melamar Jauhar untuk Nilam, keponakannya yang cantik.
                Belum sempat Jauhar menyampaikan keputusannyaatas lamaran itu, ia terlibat kasus pembunuhan. Akibat difitnah, ia diputuskan harus pergi dari kampung dan tidak boleh kembali selama tiga tahun. Peristiwa itu membuatnya membulatkan tekad untuk berdagang, mengikuti wasiat ayahnya.
                Jauhar bertekad mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya di perantauan. Agar tak lagi direndahkan. Agar tak lagi tertindas. Ajakan mask ke Gerakan Paderi tak lagi dihiraukannya.
                Sebuah kisah pencarian jati diri, persahabatan di tengah kaum Paderi dan kaum adat di tengah perjuangan melawan Belanda.”

Buku ini menceritakan tentang perjalanan Jauhar yang ingin menjadi pedagang untuk menaikkan derajatnya sehingga tidak direndahkan orang di kampungnya. Diceritakan pula bagaimana perang dingin antara kaum agama (Kaum Paderi) dengan kaum adat di daerah Minangkabau. Jauhar yang akan dijodohkan dengan Nilam malah dituduh melakukan pembunuhan dan diusir dari kampung. Kemudian merantau dengan modal seadanya dan tekad yang kuat. Namun, kenyataan berkata lain. Di perantauan Jauhar mendapat masalah yang lebih berat karena menolong seseorang. Jauhar dijebak dan tertangkap oleh anggota Paderi. Hati Jauhar semakin tak karuan karena kemudian neneknya meninggal dan Imam Mudo sudah tidak mempercayainya dan hendak membatalkan lamaran.
Cerita sangat kental dengan adat Minangkabau dan Gerakan Paderi di sana. Sehingga saya banyak tahu bagaimana gambaran tentang perselisihan kaum Paderi dan kaum adat yang sudah mengakar di sana, tentang adat-adat Minangkabau, tentang pergerakan Paderi. Dulu, saat SMA dan belajar sejarah, hanya diceritakan bahwa kaum adat dan kaum Paderi bertentangan. Namun, saya belum tahu bagaimana wujud pertentangan itu dalam kehidupan sehari-hari. Di buku ini kalian akan mengetahuinya.
Selain itu, dari buku ini juga saya belajar bagaimana agama Islam benar-benar diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya ibadah ritual seperti sholat, tapi juga bagaimana cara menyelesaikan sesuatu dengan hukum Islam. Terlihat dalam cerita bahwa Jauhar yang difitnah tidak bertindak kekerasan dan justru menerima dengan tabah. Nilai saling menolong karena muslim bersaudara juga tergambar saat Jauhar mendapat musibah bertubi-tubi. Banyak orang yang senantiasa membantunya karena Jauhar tidak bersalah. Tidak seperti sekarang, banyak orang mengaku beragama Islam, namun tindak-tanduk kesehariannya sama sekali tidak mencerminkan bahwa dia seorang muslim. Sesama muslim, namun saling menggunjing.

Mungkin itu dulu reviewnya. Masih belajar bikin review yang bagus dan bener. Kritik dan saran yang membangun silahkan komen. Okenggg. Bye dulu yaa. 😊
Wassalamu’alaikum w. w.


Rabu, 10 Januari 2018

Si Tarjo

SI TARJO
“Siapalah aku ini. Aku tidak pintar, nilai pas-pasan. Aku pun tak pandai bercakap, apalagi berpidato layaknya presiden. Kaya juga tidak. Mau jadi apa nanti? Entah, tujuan aku tak punya.”
Gundah hati Tarjo, membikin Ia tak bisa tidur hingga dini hari. Ia tak punya mimpi yang selangit. Yang Ia ingin hanyalah lulus tepat waktu, dapat kerja, dan hidup cukup. Tidaklah Ia ingin jadi pejabat, apalagi konglomerat.
Seperti biasa, Tarjo berangkat ke kampus membawa bekal. Untuk sekedar mengirit pengeluaran. Ia berjalan dengan malas. Hatinya masih diselimuti kegundahan hidup.
“Nak, boleh minta makanan nak? Bapak belum makan dari kemarin.” Tarjo berhenti, mengamati pemulung di pinggir trotoar yang Ia lewati. Tak tega hati Tarjo, melihat baju lusuh penuh debu bapak itu, membawa karung berisi rongsokan.
“Ini pak, kebetulan saya membawa makanan.” Disodorkan kotak makanan bekalnya kepada pemulung itu.
“Sebentar nak, Bapak cari wadah dulu, biar wadahmu bisa kamu bawa pulang.” Terlihat bapak itu mengais isi karungnya mencari-cari wadah dan dikeluarkan. Wadah itu terlihat kotor karena bercampur rongsokan. Kemudian disodorkan kepada Tarjo. Tak tega pula Tarjo. Kemudian Ia duduk di sebelah bapak  pemulung.
“Pak, ini. Sudah, bawa saja pak wadah saya. Yang penting bapak bisa makan. Tapi maaf saya lupa membawa sendok.”
“Jangan nak, taruh di sini saja. Nanti bagaimana mengembalikan wadahmu?” pemulung itu terlihat bingung.
“Sudah pak. Bawa saja, tidak usah dikembalikan. Saya tidak apa-apa.” Kembali disodorkarnya kotak makannya sembari tersenyum.
Ia berjalan dengan hati berbunga. Bukan karena nilainya telah meroket. Bukan pula karena Ia menang lotre. Ada hal yang selama ini tidak Ia sadari. Gundah semalam telah terjawab atas kehendak Yang Kuasa.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Seketika nafasnya seakan terhenti. Teringat akan sesuatu. Dadanya begitu sesak. Jika saja Ia tidak sadar bahwa Ia sedang di jalanan, air matanya tentu telah mengucur deras. Disekanya setitik yang terlanjur menitik. “Aku lupa tidak memberi bapak itu air. Ia pasti kehausan setelah makan.” Begitulah seharian hatinya lebih gundah dari kegundahan semalam.

Tarjo… Oh Tarjo…

Senin, 08 Januari 2018

BOOK : KONSTANTINOPEL

KONSTANTINOPEL


Novel karya Sugha (bukan suga BTS) ini lumayan menghibur. Bercerita tentang pemecahan kasus pembunuhan berantai anggota Konstantinopel. Pas baca bagian awal sebenernya aku agak pesimis ceritanya akan bagus, tapi setelah membaca ¼ bagian ceritanya mulai terlihat seru dan bikin penasaran. Ceritanya cukup ringan untuk hiburan. Bisa selesai baca dalam 3-4 hari. Ceritanya memang tidak sebagus Sherloc Holmes tapi lumayan menghibur lah. Meskipun sebenernya aku berharap lebih saat melihat judul dan kovernya. 

Kamis, 04 Januari 2018

BOOK : CALA IBI

CALA IBI
“Apa hubungannya nama dengan manusia, arti-arti nama mereka, seperti di buku nama-nama bayi?”
...
“Dalam mimpi, apa-apa dan siapa-siapa, semua, adalah bukan apa adanya, tapi sebuah ujaran, penyampaian, pengingatan, peringatan, rekaman, perjalanan kehidupan, kenyataan…”
...
“Kau memilih, maka kau berada di atas sini, ka telah memilih terbang maka kau jatuh, kau memilih pergi denganku, maka kau harus siap dengan berbagai kemungkinanku – maaf, berbagai kemungkinanmu, naga meralat.”
...
“Jika saja pulau, dan segala tak perlu bernama. Ingin rasanya ia melepas nama-nama semua yang bernama.”
...
“Dan hal itu berarti bersatu. Namun satu, adalah bukan satu, tak pernah benar-benar satu, itu berarti berbagi.”
...
“(Mungkin ini sebuah tantangan untuk takutku, mungkin semacam pembuktian bahwa aku tak takut pada ketakutanku, diriku lebih besar dari sebuah rasa takutku… mungkin aku punya banyak ketakutan, yang tak beralasan).”
...
“Tapi masa depan adalah hari-hari yang selalu datang satu-satu.”
...

Yak di atas adalah beberapa kutipan dari novel Cala Ibi karya Nukila Amal. Diceritakan, Cala Ibi adalah seekor naga emas yang selalu datang dalam mimpi seorang perempuan bernama Maia. Novel ini sukses bikin kepala saya pusying 7 keliling. Karena saya bukan penggemar sastra. Buku ini cocok banget buat temen-temen yang menyukai atau sedang menggeluti sastra. Tapi buat temen-temen yang tidak menyukai sastra sepertinya novel ini agaknya kurang cocok. Novel ini agak berat untuk dinikmati kalo menurut saya pribadi. 

Okelah itu doang reviewan kali ini, selamat menikmati.

Pengalaman Magang di PT Honda Trading Indonesia

Magang di PT Honda Trading Indonesia? Mungkin sebagian dari kalian mengira ini adalah perusahaan yang menjual motor/mobil honda? atau ba...