Disklaimer: Tulisan ini dibuat hanya untuk berbagi pengetahuan berdasarkan apa yang saya tangkap dari salah satu kuliah di kampus saya, dan beberapa sumber lain yang telah saya tampilkan pula di akhir tulisan ini, dan bukanlah murni hasil permikiran saya,. Apabila ada kesalahan, saya mohon maaf dan silakan email ke annalyce75@gmail.com untuk memberikan masukan dan informasi yang lebih tepat. Terima kasih. Selamat membaca.
ANALISIS “APAKAH GEMPA LOMBOK DAPAT MENYEBABKAN GUNUNG
DI SEKITARNYA MELETUS?” MENGGUNAKAN DATA KONDISI GUNUNG API
Disusun pada November 2018 oleh Annalyce S. A.
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak sekali gunung api dan
sering disebut sebagai ring of fire.
Gunung api dapat menjadi kekayaan sekaligus sumber bencana bagi negara.
Beberapa gunung di Indonesia dikenal dengan letusannya yang sangat berbahaya. Erupsi
terjadi ketika magma dari perut bumi meluap ke permukaan. Selain memiliki
banyak gunung api, Indonesia juga sering mengalami gempa bumi. Pada
Juli-Agustus 2018, terjadi gempa bumi yang cukup intens di daerah Lombok. Hal
ini kemudian menimbulkan pertanyaan, apakah Gempa Lombok dapat menyebabkan
gunung di sekitarnya meletus? Makalah ini bertujuan membahas pertanyaan
tersebut berdasarkan data kondisi gunung terkini. Dari data yang diperoleh,
dapat dikatakan Gempa Lombok tidak menyebabkan secara langsung gunung di
sekitarnya meletus, namun dapat menjadi pemicunya.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak gunung api karena geografis Indonesia yang
terletak di antara pertemuan banyak lempeng Bumi. Beberapa gunung api di
Indonesia juga dikenal akan keganasan erupsinya. Pada tahun 1815, terjadi
erupsi besar Gunung Tambora yang berdampak pada iklim belahan bumi utara dan
menelan lebih dari 80.000 jiwa[1].
Bahaya Erupsi
Gunung Api
Erupsi gunung api dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan. Bahaya gunung
api terdiri dari bahaya primer yang terjadi langsung saat gunung erupsi dan
bahaya sekunder yang terjadi setelah erupsi gunung api[2]. Berikut
merupakan bahaya primer dari erupsi gunung api:
1. Leleran lava
:
Lava adalah magma yang berhasil mencapai permukaan bumi.
Lava yang mengalir sangat panas dan pekat.
2. Aliran
piroklastik (awan panas) :
Aliran awan panas cenderung mengalir ke daerah yang
rendah dengan pergerakan yang cepat (mencapai 150-250 km/jam) dan jangkauan
yang jauh (mencapai puluhan kilometer).
3. Jatuhan
piroklastik (hujan abu) :
Jjatuhan piroklastik terjadi apabila letusan gunung
api menghasilkan tiang asap yang tinggi, sehingga ketika energinya habis, abu
akan menyebar dan jatuh ke permukaan bumi. Jangkauan hujan abu bergantung pada kecepatan
dan arah angin yang terjadi.
4. Lahar letusan
:
Lahar letusan terjadi ketika volume air kawah cukup
besar, sehingga ketika terjadi letusan akan terjadi aliran lumpur panas.
5. Gas beracun :
Gas beracun yang dapat muncul berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2, dll.
Sedangkan bahaya sekunder dari erupsi
gunung api dapat berupa :
1. Lahar hujan :
Lahar hujan merupakan aliran lahar dingin yang telah
mengendap di puncak dan lereng gunung.
2. Banjir
bandang :
Banjir ini terjadi karena adanya longsoran material
vulkanik lama di lereng gunung.
3. Longsoran
vulkanik :
Longsoran vulkanik merupakan longsor yang terjadi pada tubuh gunung api.
Tipe-tipe
Gunung Api di Indonesia
Tabe1. Sebaran tipe gunung api di
Indonesia[2].
Daerah
|
Tipe A
|
Tipe B
|
Tipe C
|
Jumlah
|
Sumatera
|
13
|
12
|
6
|
21
|
Jawa
|
21
|
9
|
5
|
35
|
Bali
|
2
|
0
|
0
|
2
|
Lombok
|
1
|
0
|
0
|
1
|
Sumbawa
|
2
|
0
|
0
|
2
|
Flores
|
16
|
3
|
5
|
24
|
Laut
banda
|
8
|
1
|
0
|
9
|
Sulawesi
|
6
|
2
|
5
|
13
|
Kep.
Sangihe
|
5
|
0
|
0
|
5
|
Halmahera
|
5
|
2
|
0
|
7
|
Gambar 1. Bagian-bagian gunung api[2].
Bagian-bagian utama gunung api terdiri dari dapur magma, pipa kepundan
yang merupakan jalur keluarnya magma, dan kawah yang merupakan pintu keluar
utama bagi magma.
Penyebab Gunung Api Meletus
Erupsi terjadi karena adanya
peningkatan volume magma di dalam dapur magma. Berikut merupakan beberapa
penyebab meluapnya magma gunung api ke permukaan berdasarkan tempat terjadinya
aktivitas penyebabnya[3]:
1. Proses di bawah dapur magma
Erupsi akibat akivitas di bawah dapur
magma biasanya terjadi pada gunung api yang memiliki lebih dari satu kantong
magma. Ketika magma di kantong/dapur magma yang lebih bawah (misal kantong B)
meningkat hingga melebihi kapasitas kantong tersebut, maka magma akan naik ke
kantong magma di atasnya (kantong A). Apabila kantong A dalam keadaan penuh,
kemudian volumenya bertambah oleh magma dari kantong B maka magma akan meluap
ke permukaan.
2. Proses di dalam dapur magma
Apabila terjadi penurunan temperatur
di dalam kantong magma, maka akan terjadi pengkristalan magma. Magma yang
mengkristal terlebih dahulu adalah magma di lapisan teratas. Magma yang
mengkristal memiliki massa jenis yang lebih besar, sehingga magma di bawahnya
yang belum mengkristal akan naik ke bagian lebih atas. Hal ini menyebabkan
tekanan di dalam kantong magma meningkat dan terjadilah letusan.
Hal lain yang dapat menyebabkan
erupsi adalah runtuhnya dinding di sekitar dapur magma sehingga terjadi luapan
magma yang mengakibatkan terjadinya erupsi.
3. Proses di atas dapur magma
a) Beberapa penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara gravitasi
bulan dengan terjadinya gempa dan aktivitas vulkanik di daerah tengah laut[4].
Meskipun efek pasang laut sangat kecil dan tidak secara langsung dapat
menyebabkan gempa bumi, namun dapat menjadi pemicu terjadinya gempa dan
aktivitas vulkanik.
b) Pergantian musim dingin ke musim semi di beberapa negara, khususnya yang
memiliki puncak gunung tertutup salju dapat memicu terjadinya erupsi. Ketika
memasuki musim semi, temperatur Bumi akan meningkat dan menyebabkan es di
puncak gunung mencair. Beban yang menutupi gunung akan berkurang secara drastis,
struktur lereng akan berubah, dan dapat memicu terjadinya erupsi.
c) Badai Typhoon dapat memicu
terjadinya erupsi. Hal ini terjadi karena ketika badai, tekanan di puncak
gunung akan lebih besar dari bagian lereng.
Apakah Gempa
Lombok dapat menyebabkan gunung api di sekitarnya meletus?
Beberapa waktu yang lalu, Indonesia beberapa kali mengalami gempa bumi
di wilayah timur Indonesia salah satunya Lombok. Menurut BNPB melalui laman
berita Tribun News, Lombok diguncang gempa berkali-kali dalam kurun waktu yang
singkat di antaranya yaitu pada 29 Juli 2018, 5 Agustus 2018, dan 19 Agustus
2018 dengan kekuatan lebih dari 6 SR, serta lebih dari 10 gempa susulan lain
dengan kekuatan 4-5,6 SR yang dirasakan[5].
Seringnya terjadi gempa di kawasan lombok menimbulkan pertanyaan “Apakah
gempa Lombok dapat menimbulkan gunung api di sekitarnya meletus?”. Makalah ini
akan membahas dan menjawab pertanyaan tersebut.
METODE
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada makalah ini adalah
studi literatur beberapa paper, jurnal, artikel, dan berita di internet. Data
yang dicari berkaitan dengan waktu terjadinya letusan gunung, dan kondisi
terkini gunung api di sekitar Lombok.
DATA DAN ANALISIS
Secara umum, setiap gunung api memiliki periode letusan tersendiri. Hal
ini berkaitan dengan periode produksi magmanya. Namun, ada juga pemicu-pemicu
lain yang dapat menyebabkan gunung api meletus di luar periodenya seperti yang
telah disebutkan di bagian pendahuluan atau malah tidak meletus pada periodenya.
Sehingga penentuan kapan gunung api akan meletus memang sulit diperkirakan. Berikut
merupakan data letusan beberapa gunung api aktif di sekitar Lombok berdasarkan
laman ESDM:
Tabel 2. Data letusan beberapa gunung
api aktif di sekitar Lombok hingga tahun 2014[6].
No.
|
Nama
Gunung
|
Tahun
Letusan
|
|||||||
1
|
G.
Sangeangapi
|
1911
|
1912
|
1927
|
1953
|
1864 -
1967
|
1985 -
1987
|
1997 -
1999
|
2009
|
2
|
G.
Agung
|
1808
|
1821
|
1843
|
1963
|
||||
3
|
G.
Tambora
|
1812
|
1815
|
1819
|
1847
|
1913
|
|||
4
|
G.
Rinjani
|
1915
|
1944
|
1966
|
1994
|
2004
|
2009
|
Periode letusan terpendek G. Sangeangapi adalah 1 tahun. Aktivitas G.
Sangeangapi terakhir yang tercatat di situs web resmi ESDM adalah pada tahun
2009 berupa kenaikan aktivitas seismimisitas. Namun, pada tahun 2014 dan 2017
juga diketahui adanya aktivitas vulkanik G. Sangeangapi. Pada September 2018, status
G. Sangeangapi berubah menjadi Waspada[7].
Pada 25-29 November 2017 G. Agung mencapai puncak erupsi, kemudian
aktivitasnya terus menurun. Pada 10 Februari 2018 statusnya turun dari Level
Awas menjadi Level Siaga. Pada 27 Juni 2018 G. Agung mengalami erupsi, disusul
tanggal 2 Juli 2018, dan terakhir pada 27 Juli 2018. Menurut laman ESDM, tidak
terjadi erupsi setelah Gempa Lombok. Hal ini kemungkinan karena gas di dalam
perut bumi tidak terakumulasi maksimal. Gas di dalam perut bumi keluar ke
permukaan secara perlahan akibat adanya gempa yang mengganggu sistem
vulkaniknya.
G. Tambora pernah menjadi sumber musibah terbesar dalam sejarah.
Letusannya pada 1815 berdampak hingga ke wilayah Eropa yang menyebabkan tidak
ada musim semi pada tahun tersebut sehingga terjadi kelaparan hebat[1].
Saat ini, aktivitas G. Tambora masih terpantau Normal. Sedangkan apabila
dilihat dari tahun 1915, G. Rinjani memiliki periode letusan rata-rata 26,3
tahun. Sehingga pola selanjutnya dapat terjadi sekitar tahun 2020[3].
Saat ini kondisi G. Rinjani juga masih Normal. Setelah tahun 2000, Rinjani juga
telah mengalami beberapa erupsi kecil, sehingga apabila nanti 2020 Rinjani
meletus, kecil kemungkinan letusannya akan sebesar pada tahun 1915 atau bisa
saja letusan terjadi tidak pada tahun 2020.
Dari data-data di atas, tidak ada data bahwa Gempa Lombok secara
langsung dapat menimbulkan letusan gunung api di sekitarnya. Namun dengan
melihat kasus G. Agung, dapat dikatakan bahwa gempa dapat memengaruhi kondisi
gas dan tekanan di dalam perut bumi. Gempa dapat meningkatkan atau menurunkan
tekanan di dalam kantong magma, sehingga selain dapat menggagalkan erupsi,
gempa dapat pula menjadi pemicu terjadinya erupsi. Hal tersebut tergantung
bagaimana kondisi magmatik dan tekanan di dalam kantong magma.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, Gempa Lombok memang dapat memengaruhi
keadaan vulkanik pada gunung api di sekitarnya, misalnya pada Gunung Agung.
Pengaruhnya tidak selalu memicu letusan, namun bisa juga malah menggagalkan
letusan gunung api. Sehingga tidak bisa dikatakan bahwa Gempa Lombok dapat
secara langsung mengakibatkan gunung di sekitarnya meletus. Gempa hanya menjadi
pemicu terjadinya letusan atau juga bisa memicu kegagalan erupsi. Erupsi gunung
api bergantung pada bagaimana kondisi magmatik di dalam gunung tersebut. Erupsi
gunung api merupakan kejadian yang tidak dapat diramalkan kapan terjadinya
karena kondisi kantong/dapur magma yang dapat mengalami perubahan
sewaktu-waktu.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
Pratomo, I. (2006). Klasifikasi Gunung Aktif di Indonesia,
Studi Kasus dari Beberapa Letusan Gunung Api dalam Sejarah. Jurnal Geologi
Indonesia, 209-227.
[2]
Vulcanology Survey of Indonesia, Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral. (t.thn.). Diambil kembali dari ESDM: https://www.esdm.go.id/assets/media/content/Pengenalan_Gunung_Api.pdf.
[3] Abdurrachman, M. Disampaikan
pada kuliah umum Studium Generale ITB. (2018, September 26). Dr.
Eng.
[4]
Kasahara, J. (2015, September 29). Diambil kembali dari
ResearchGate: https://www.researchgate.net/publication/11250450_Geophysics_Tides_earthquakes_and_volcanoes.
[5]
Destryawan, D. (2018, September 21). BNPB: Terjadi 1005
Kali Gempa Susulan di Lombok Sejak 5 Agustus 2018. Diambil kembali dari
Tribun News: https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2018/08/21/bnpb-terjadi-1005-kali-gempa-susulan-di-lombok-sejak-5-agustus-2018.
[6]
Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (2014). Data
Dasar Gunungapi Indonesia. Diambil kembali dari Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral Badan Geologi: http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/gunungapi/data-dasar-gunung-api.
[7]
Pusat Volkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. (2018,
September 16). Laporan Kebencanaan Geologi 16 September 2018. Diambil
kembali dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Badan Geologi: http://www.vsi.esdm.go.id/index.php/kegiatan-pvmbg/berita-harian-kebencanaan-geologi/2412-laporan-kebencanaan-geologi-16-september-2018.